Mengenal Sosok Akademisi dan Aktivis HAM, Usman Hamid
Usman Hamid seorang Aktivis yang memperjuangkan Hak
Asasi Manusia
Seorang lulusan dari Universitas Trisakti Sarjana
Hukum tahun 1999. Usman yang merupakan seorang aktivis HAM ini memiliki konsen dibidang
HAM. Mengapa demikian? Usman masih ingin terus memerjuangkan mengenai martabat
kita sebagai seorang manusia.
Walaupun kekerasan oleh negeri dinilai sudah
berkurang, tetapi kekerasan dari suaru kelompok masyarakat masih sering
terjadi. Hal ini dipicu dari politik, relasi ekonomi, dan juga struktur
masyarakat.
Untuk bisa terus konsisten menjunjung tinggi nilai
HAM, menurut Usman dengan mendekatkan diri dengan kelompok yang paling otentik.
Usman meakini bahwa semua keinginan baik akan diberikan jalan dan tempat yang
baik.
Memiliki sudut pandang yang bisa dilihat dari berbagai
arah tentu dilatar belakangi oleh pengalaman-pengalam berharga. Sebelum menjadi
seorang akademisi di Sekolah Tinggi Hukum (STH) Indonesia Jentara, Ternyata
ditahun 1998 hingga 1999 Usman pernah menjadi seorang Relawan Kontras Pembelaan
Korban Kekerasan Negara dan juga menjadi seorang ketua senat Fakultas Hukum. Ia
memulai menjadi seorang aktivis HAM ini dari lingkungan kampusnya.
Sebenarnya Usman sudah sejak 1998 bergerak dan menjadi
seseorang relawan yang konsen mengenai Hak Asasi Manusia. Di
tahun ini juga ia sudah bergabung dengan Tim Penuntasan Kasus 12 Mei Presidium
Mahasiswa Usakti. Memiliki kesadaran akan Hak Asasi Manusia, Terbukti bahkan di tahun 2005 – 2006 ia pernah menjabat
sebagai seorang Sekretaris Eksekutif Komite Aksi Solidaritas untuk Munir.
Ternyata sebelum menjadi seorang aktivis HAM, Usman
sangat aktif dengan bandnya. Tetapi di bulan Mei 1998, ada kejadian penembakan
mahasiswa Universitas Trisakti yang sangat memakan banyak korban membuat Usman
tergerak dan terjun sebagai seorang Aktivis Hak Asasi Manusia.
Tentu memiliki peran sebagai relawan bukanlah tugas
yang mudah tetapi tidak berat juga untuk melakukannya. Tetapi memiliki tanggung
jawab yang besar adalah salah satu tantangan dan nilai plus untuk bisa
mengembangkan diri agar tetap perduli akan hak yang seharusnya dimiliki sebagai
manusia.
Dengan kegigihannya dalam mencari infomasi dan
memiliki perhatian mengenai Hak Asasi Manusia, Usman ternyata bukan orang yang
tidak memiliki perhatian dengan dunia pendidikan. Menjadi seorang lulusan hukum
Trisakti, menuntut ilmu di Legal Aid Institute (LKBH) Usakti. Ia bisa dikatakan
haus akan ilmu dan bisa mengejarnya hingga batas tak terhingga. Ia tidak lelah
mencari ilmu, tahun 2003 ia menunjungi Visiting Scholar di Colombia Univeristy,
dan juga menemba ilmu pada Human Right Watch, New York.
Usman bukanlah orang sembarang yang mana ia merupakan
anak dari seorang tokoh Nahdatul Ulama (NU), dan ibunya pernah menjadi seorang
Fungsionaris Partai Golkar.
Pengalam karir dan juga didunia organisasinya, Usman
sudah tidak perlu diragukan lagi. Pada pemili 2009, ia banyak ditawari oleh
partai-partai besar. Dengan segala tawaran yang diberikan, Usman berpendapat
bahwa berjuang untuk Indonesia tidak harus duduk di kursi pejabat. “Saya sudah
nyaman dan sangat bersyukur dengan segala yang sudah saya lakukan, itu cukup
mententramkan batin” Ungkap Usman.
Menjadi seorang aktivis HAM tentu bukan hal yang
mudah, ia kerap mendapatkan teror seperti yang alm Munir dapatkan. Hingga (alm)
ibunya mendapat pesan singkat, panggilan tidak dikenal dan misterius, bahkan
sang ibu pernah ditawari uang dan juga kamar hotel.
Parahnya saat ia masih menjabat sebagai relawan
kontras, kantor Kontras pernah mendapatkan serangan dari sekelompok orang tak
dikenal. Segala bentuk ancaman telah Usman dapatkan, seperti alm Munir.
Yang membuat Usman bertahan dengan Kontras ini karena
hadirnya kesadaran dalam berperan untuk membangun masyarakat dalam pemenuhan
HAM. Menjadi relawan dengan konsen Hak Asasi Manusia ini diharapkan dapat
membuat masyarakt lebih kuat dan percaya akan martabatnya.(*)
Penulis:
Fahmi Hadianto
Sumber : https://ideguru.wordpress.com/2010/03/19/usman-hamid/
https://www.jentera.ac.id/pengajar/usman-hamid/
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2010/06/100623_tokohusmanhamid
Komentar
Posting Komentar